Shopping atau belanja menjadi salah satu kegiatan yang banyak disukai tidak hanya oleh wanita namun juga oleh pria. Bahkan untuk sebagian orang, belanja bisa dijadikan momen healing ketika sedang berada pada fase stres.
Ditambah
lagi, dengan kemajuan teknologi sekarang ini, berbelanja juga sudah bisa
dilakukan tanpa harus datang langsung ke toko. Namun, keinginan berbelanja
terkadang semakin meningkat khususnya ketika sedang ada promo atau diskon
besar-besaran.
Banyak
orang yang kemudian menghabiskan uangnya untuk membeli sesuatu hanya untuk
memenuhi kuantitas barang yang dimiliki atau hanya untuk ajang pamer. Untuk
itu, ada baiknya anda lebih berhati-hati supaya tidak sampai kecanduan belanja
atau lebih sering disebut dengan shopaholic.
Pengertian Shopaholic
Shopaholic
merupakan istilah yang ditujukan pada orang yang mengalami kecanduan belanja
atau juga biasa disebut dengan oniomania. Shopaholic adalah perilaku seseorang
yang senang berbelanja namun dalam kondisi yang sudah tidak bisa dikendalikan
meski barang tersebut sebenarnya sudah dibeli atau tidak diperlukan.
Dari
American Addiction Center Resource dijelaskan jika ada beberapa orang yang
mengalami kondisi seperti ini yang disebabkan karena masalah di otak. Ketika
shopaholic melakukan hal tersebut, maka kondisi otaknya akan melepaskan hormon
dopamin serta endorfin yang disebut dengan hormon bahagia sehingga menimbulkan
perasaan adiktif.
Tanda-tanda Shopaholic
- Akan merasakan kesenangan ketika sudah berbelanja
tanpa melihat tempat dan waktu.
- Memiliki perasaan menyesal atau bersalah ketika
membeli suatu barang yang telah dibeli.
- Sering menyembunyikan barang yang telah dibeli.
- Punya self-esteem rendah yakni sering melihat
dirinya kurang akan sesuatu.
- Tidak bisa mengelola keuangan dengan baik karena
belanja yang tidak terkontrol.
- Punya masalah dengan orang lain akibat perilaku
belanja yang dilakukan.
Bahaya Shopaholic
Meski
ada sebagian orang yang maklum dengan perilaku shopaholic, namun sebenarnya
kecanduan belanja bisa berdampak serius untuk pelakunya. Dari suatu sumber
dikatakan jika shopaholic bisa terjadi karena faktor terisolasi serta kesepian.
Dengan
begitu, belanja bisa membuat orang tersebut merasa punya interaksi positif
dengan penjual dan berharap bisa meningkatkan hubungan dengan orang lain.
Bahkan, shopaholic juga bisa mengalami gangguan kecemasan hingga depresi ketika
tidak bisa melakukan kebiasaan berbelanja tersebut.
Cara Mengatasi Shopaholic
Sebetulnya,
berhenti berbelanja tidak cukup untuk mengatasi shopaholic atau kecanduan
berbelanja. Untuk mengatasi kecanduan belanja, umumnya akan dilakukan
menyesuaikan dengan tingkat keparahan serta sumber masalahnya. Berikut adalah
beberpa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi kecanduan belanja atau
shopaholic tersebut:
- Menyadari serta mengakui jika perilaku berbelanja
terlalu berlebihan bisa merugikan diri sendiri sehingga harus segera
dihentikan.
- Membahas masalah yang sedang dialami beserta
pemicunya dengan orang terdekat yang dapat dipercaya.
- Meminta bantuan pada keluarga agar bisa mengambil
kendali pengeluaran dana milik sendiri.
- Menemukan cara alternatif agar bisa mengalihkan
waktu senggang yang biasa dipakai berbelanja seperti membaca atau menonton
film.
- Melakukan relaksasi pada saat ada pemicu yang
menyebabkan anda merasa frustasi sebab sangat ingin berbelanja sesuatu.
- Menghindari pemakaian kartu kredit serta
menyimpan uang tunai dalam jumlah kecil supaya bisa terhindar dari membeli
sesuatu secara impulsif.
- Berbelanja hanya dengan anggota keluarga atau
teman yang pintar berhemat serta bisa mengontrol pengeluaran.
Kemungkinan
besar, anda tidak bisa menyadari jika perilaku keluarga atau bahkan diri
sendiri termasuk shopaholic. Untuk itu, berbagai tanda shopaholic diatas sebaiknya
bisa dipahami dengan baik. Ini disebabkan karena jika shopaholic tidak segera
ditangani, maka bisa menyebabkan masalah pada finansial yang cukup besar.
Posting Komentar